A. Pengertian Persepsi
Istilah
persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap
suatu benda ataupun sesuatu kejadian yang dialami.
Proses
pemaknaan yang bersifat psikologis sangat dipengaruhi oleh pengalaman,
pendidikan dan lingkungan sosial secara umum. Sarwono mengemukakan bahwa
persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan cara berpikir serta
keadaan perasaan atau minat tiap-tiap orang sehingga persepsi seringkali dipandang
bersifat subjektif. Karena itu tidak mengherankan jika seringkali terjadi
perbedaan paham yang disebabkan oleh perbedaan persepsi antara 2 orang terhadap
1 objek. Persepsi tidak sekedar pengenalan atau pemahaman tetapi juga evaluasi
bahkan persepsi juga bersifat inferensional (menarik kesimpulan) (Sarwono).
Persepsi,
menurut Rakhmat Jalaludin, adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafslrkan
pesan. Sedangkan Menurut Ruch, persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk
inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan
diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan
bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan
Hilgard mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan
dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely
menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan
oleh seorang individu. Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan
pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi
kapan saja stimulus menggerakkan indera.
Dalam hal
ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan
kejadian obyektif dengan bantuan indera. Sebagai cara pandang, persepsi timbul
karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat
kompleks, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta
diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi
Dalam hal
ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian
stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi
dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga
orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya
sendiri.
Sehingga
dapat disimpulkan :
Persepsi
adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap
stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa,
atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.Proses
kognisi dimulai dari persepsi.
TUJUAN
PERSEPSI
Marr (1982):
Tujuan persepsi ialah memberikan gambaran internal mengenai informasi dunia
luar.
Persepsi
visual didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi
yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita
untuk memahami dunianya.
Persepsi
auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
Persepsi
pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
Persepsi
penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.
Persepsi
pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
C. Macam-macam
Persepsi
Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepai terhadap manusia. Persepsi terhadap manusia sering juga disebut persepsi sosial.
a) Persepsi
terhadap lingkungan fisik
Persepsi orang terhadap lingkungan fisik tidaklah sama, dalam arti
berbeda-beda., karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
• Latar
belakang pengalaman
• Latar
belakang budaya
• Latar
belakang psikologis
• Latar
belakang nilai, keyakinan, dan harapan
• Kondisi
factual alat-alat panca indera di mana informasi yang sampai kepada orang itu
adalah lewat pintu itu
b) Persepsi terhadap manusia
persepsi terhadap manusia atau persepai sosial adalah proses menangkap arti
objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita.
Setiap orang memilki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya.
Dengan kata lain, setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap
lingkungan sosialnya.
Penginderaan
terjadi dalam suatu konteks tertentu, konsep ini biasa disebut dunia persepsi.
Agar dapat dihasilkan suatu penginderan yang bermakna, ada ciri – ciri umum
tertentu dalam dunia persepsi :
1.
Modalitas : rangsangan yang diterima harus
sesuai dengan modalitas tiap –tiap indera, yaitu sifat sensori dasar
masing-masing.
2.
Dimensi ruang : dunia persepsi mempunyai sifat ruang (
dimensi ruang).
3.
Dimensi waktu : dunia persepsi mempunyai dimensi
waktu, seperti cepat lambat, tua muda, dan lain-lain.
4.
Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu :
objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang
menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang
menyatu.
5.
Dunia penuh arti; dunia persepsi adalah dunia penuh
arti. kita cenderung pengamatan pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi
kita, yang ada hubungannya dengan tujuan yang ada dalam diri kita.
Bentangan
sifat-sifat penerimaan rangsangan yang dapat kita paparkan seperti kuat-lemah,
lama-sebentar, kasar-halus, dan sebagainya disebut dimensi penginderaan.
Ada empat
dimensi penginderaan:
-
Intensitas: kuat-lemahnya penginderaan suatu rangsang tertentu.
-
Ekstensitas: penghayatan terhadap tebal-tipis, luas-sempit, besar-kecil, dll.
- Lamanya:
penginderaan dapat berlangsung lama atau sebentar.
- Kualitas:
kemampuan kita membedakan kualitas rangsang misalnya nada atau warna.
Intensitas suatu rangsang tertentu agar dapat disadari disebut ambang
penginderaan. Ambang penginderaan terdiri dari:
- Ambang
perangsang absolut: intensitas rangsang terkecil yang masih dapat menimbulkan
penginderaan;
- Ambang
perbedaan: perbedaan intensitas rangsang terkecil yang dapat dibedakan oleh
alat indera;
-
Tinggi rangsang: pertambahan intensitas rangsang akan diikuti oleh
pertambahan intensitas penginderaan sampai mencapai maksimum yakni di mana
intensitas rangsang tidak dapat dibedakan lagi;
-
Penyesuaian sensoris: bisa terjadi karena berkurangnya kepekaan indera
(negatif), bertambahnya kepekaan indera (positif), dan karena pergeseran
titik sentral.
Alat-alat
indera meliputi higher senses (mata dan telinga) dan lower senses (lidah,
hidung dan permukaan kulit). Alat-alat itu dapat kita sebutkan berikut ini:
1.
Penglihatan: yakni
mata, peka terhadap cahaya sehingga kita dapat membedakan terang
dan gelap, hitam dan putih, warna.
2.
Pendengaran: yakni
telinga, peka terhadap getaran yang menghasilkan bunyi.
3.
Penciuman: hidung
yang peka terhadap bau
4.
Pengecapan: lidah yang
peka terhadap rasa (manis, asin, asam, pahit = empat macam rasa yang dapat
diterima). Rasa lain merupakan gabungan dari rasa-rasa itu.
5.
Peraba: tidak
terbatas pada permukaan kulit saja, tetapi juga menyangkut alat-alat yang peka
terhadap orientasi dan keseimbangan. Berat, gerak (sistem vestibular) dan
kualitas permukaan di sekitar kita, letak anggota badan dan tegangan otot
(sistem raba).
Untuk kita
ketahui, persepsi bersifat subjektif karena bukan sekadar penginderaan.
Persepsi selalu terjadi dalam konteks tertentu.
Ada beberapa
prinsip umum yang mengatur pengamatan kita terhadap dunia nyata:
-
Konstatansi: bersifat psikologis karena arti dari suatu objek atau gejala bagi
kita bersifat tetap.
Ada tiga
macam konstatansi, yakni:
·
konstatansi tempat atau lokasi
· konstatansi
warna
·
konstatansi bentuk dan ukuran
- Figur dan
Latar Belakang: keberadaan suatu objek pengamatan menggejala sebagai suatu
figur yang menonjol di antara objek-objek lain (latar belakang), baik karena
sifatnya memang menonjol di antara objek-objek lain maupun karena si pengamat
sengaja memusatkan perhatiannya pada objek tertentu.
Ada beberapa cara persepsi
berdasarkan totalitas Gestalt:
1.
Hukum kedekatan (proximity): objek-objek persepsi yang
berdekatan cenderung diamati sebagai suatu kesatuan.
2.
Hukum kesamaan (similarity): Objek cenderung diamati
sebagai totalitas karena mempunyai sebagian besar ciri-ciri yang sama.
3.
Hukum bentuk-bentuk tertutup (closure): bentuk-bentuk
yang sudah kita kenal, walau hanya nampak sebagian atau tidak sempurna, kita
lihat sebagai sempurna.
4.
Hukum kesinambungan (continuity): pola-pola yang sama
dan berkesinambungan, walau ditutup oleh pola-pola lain, tetap diamati sebagai
kesatuan.
5.
Hukum gerak bersama (common fate): unsur-unsur yang
bergerak dengan cara dan arah yang sama dilihat sebagai suatu kesatuan.
- Persepsi
Kedalaman (depth perception): kemampuan indera penglihatan untuk mengindera
ruang.
Ada beberapa
patokan yang digunakan manusia dalam persepsi kedalaman yaitu:
1. Perspektif
atmosferik: semakin jauh objek, semakin kabur.
2.
Perspektif linier: semakin jauh, garis-garis akan
makin menyatu menjadi satu titik (konvergensi).
3.
Kualitas permukaan (texture gradient), berkurangnya
ketajaman kualitas texture karena jarak makin jauh.
4.
Posisi relatif: objek yang jauh akan ditutupi atau kualitasnya
menurun karena bayangan objek-objek yang lebih dekat.
5.
Sinar dan bayangan: bagian permukaan yang lebih jauh
dari sumber cahaya akan lebih gelap dibanding yang lebih dekat.
6.
Patokan yang sudah dikenal: benda-benda yang sudah
kita kenal ukurannya akan lebih kecil di kejauhan.
7.
Persepsi Gerak: pengamatan terhadap sesuatu yang
berpindah posisinya dari patokan. Kalau patokan tidak jelas, maka kita akan
memperoleh informasi gerakan semu.
Ada dua
macam gerakan semu:
· Efek
otokinetik, bila kita memandang setitik cahaya dalam keadaan gelap gulita,
cahaya itu akan nampak bergerak.
· Gerakan
stroboskopik: terjadi karena ada dua rangsang yang berbeda yang muncul hampir
bersamaan.
- Ilusi:
kesalahan dalam persepsi, yaitu memperoleh kesan yang salah mengenai fakta-fakta
objektif yang disajikan oleh alat-alat indera kita.
· Ilusi
disebabkan oleh faktor-faktor eksternal: (gambar atau bayangan di cermin
kelihatannya terletak di belakang cermin)
· Ilusi
disebabkan kebiasaan: rangsang-rangsang yang disajikan sesuai dengan kebiasaan
kita dalam mengenali rangsang akan dengan mudah menimbulkan ilusi.
· Ilusi
karena kesiapan mental atau harap tertentu: kita akan sering melihat sesuatu
yang mirip dengan barang yang hilang yang sangat kita harapkan untuk kembali.
· Ilusi karena
kondisi rangsang terlalu kompleks: bila rangsang yang diamati terlalu kompleks,
maka rangsang tersebut dapat menutup-nutupi atau menyamarkan fakta-fakta
objektif.
Karena
persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan proses penginderaan saja,
maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Perhatian yang selektif: pemusatan
perhatian pada rangsang-rangsang tertentu saja. Ciri-ciri rangsang: rangsang
yang bergerak di antara rangsang-rangsang yang diam akan lebih menarik
perhatian. Nilai-nilai dan kebutuhan individu: seorang seniman mempunyai
pengamatan yang berbeda dengan yang bukan seorang seniman dalam mengamati objek
tertentu. Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang
mempersepsi dunianya.
Ahli psikologi sosial yang menganut
aliran kognitif berpendapat bahwa di dunia ini terdapat 2 macam realitas, yaitu
realitas obyektif dan realitas subyektif. Setiap obyek adalah sama, tetapi bila
diamati oleh orang yang berbeda maka akan terjadi interpretasi yang berbeda
terhadap obyek tersebut. (Ancok, dkk., 1988).
Menurut Tagiuri (dalam Harvey dan
Smith, 1977) ada 3 faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu
(1) keadaan stimulus yang diamati;
(2) situasi sosial tempat pengamatan
itu terjadi dan
(3) karakteristikm pengamatan.
Lebih jauh Walgito (1991)
menjelaskan bahwa :
a. mengenai
stimulus, agar dapat dipersepsi, stimulus harus cukup kuat, melampui ambang
batas, berwujud manusia atau tidak (bila tidak berwujud manusia, ketepatan
persepsi ada pada individu.
b. keadaan
individu dari segi fisiologis dan psikologis, di mana dari segi fisiologis
sistem syaraf harus dalam keadaan baik, sedangkan secara psikologis, pengalaman,
kerangka acuan, perasaan, kemampuan berpikir dan motivasi akan berpengaruh
dalam persepsi seseorang, dan terakhir.
c. lingkungan
atau situasi, di mana bila objeknya manusia, maka objek dengan lingkungan yang
melatar belakanginya merupakan kesatuan yang sulit dipisahkan. Demikian ini
maka, dapat disimpulkan bahwa persepsi itu sangat subyektif karena disamping
dipengaruhi oleh stimulus dan situasi pengamatan juga dipengaruhi oleh
pengalaman, harapan, motif, kepribadian, dan keadaan fisik individu
Persepsi
merupakan salah satu cara kerja (Proses) yang rumit dan aktif. Orang sering
kali menganggap bahwa persepsi menyajikan suatu pencerminan yang sempurna
mengenai realitas atau kenyataan. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar,
sebab persepsi bukan merupakan cermin realitas. Hal tersebut dikarenakan atau
dipengaruhi oleh faktor – faktor berikut :
1.
Indra kita tidak memberikan respon terhadap aspek yang
ada dalam lingkungan.
2.
Manusia sering kali melakukan persepsi rangsangan –
rangsangan yang pada kenyataannya tidak ada.
3.
Persepsi seseorang tergantung dari apa yang ia
harapkan dan tergantung dari pengalaman masa lalu serta adanya motivasi.
Persepsi
ternyata banyak melibatkan kegiatan kognitif, orang telah menentukan apa yang
telah akan diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian lebih besar
kemungkinan tak akan memperoleh makna darri apa yang kita tangkap, lalu
menghubungkannya dengan pengaaman yang lalu, dan dikemudian hari akan diingat
kembali.
Kesadaran
juga mempengaruhi persepsi, bila kita dalam keadaan bahagia, maka pemandangan
yang kita lihat akan sangat indah sekali. Tetapi sebaliknya, jika kita dalam
keadaan murung, pemandangan yang indah yang kita lihat mungkin akan membuat
kita merasa bosan, ingatan akan berperan juga dalam persepsi. Indra kita akan
secara teratur akan menyimpan data yang kita terima, dalam rangka memberi arti.
Orang cenderung terus- menerus untuk membanding-bandingkan penglihatan, suara
dan penginderaan yang lainnya dengan ingatan pengalaman lalu yang mirip. Proses
informasi juga mempunyai peran dala persepsi. Bahasa jelas dapat memengaruhi
kognisi kita, memberika bentuk secara tidak langsung seorang mempersepsi
dunianya.
Istilah persepsi sering dikacaukan dengan sensasi. Sensasi
hanya berupa kesan sesaat, saat stimulus baru diterima otak dan belum
diorganisasikan dengan stimulus lainnya dan ingatan - ingatan yang
berhubungan dengan stimulus tersebut .<persepsi/> Misalnya meja yang
terasa kasar, yang berarti sebuah sensasi dari rabaan terhadap meja.
Sebaliknya persepsi memiliki contoh meja yang tidak enak dipakai menulis, saat
otak mendapat stimulus rabaan meja yang kasar, penglihatan atas meja yang
banyak coretan, dan kenangan di masa lalu saat memakai meja yang mirip lalu
tulisan menjadi jelek.
Persepsi terdiri atas : perhatian
dan stimulus. Syarat Terjadinya Persepsi yaitu :
1. Adanya objek yang di persepsi (fisik
/ kealaman).
2. Alat indera atau reseptor
(fisiologis).
3. Perhatian (psikologis).
Perhatian merupakan pemusatan atau
konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu atau
sekumpulan objek. Perhatian merupakan penyeleksian terhadap stimulus. Perhatian
dan kesadaran mempunyai korelasi positif. Makin diperhatikan suatu objek akan
makin disadari objek itu dan makin jelas bagi indivu.
Daerah Perhatian:
1. Daerah pusat perhatian (disadari
sepenuhnya).
2. Daerah perhatian (samar – samar).
3. Daerah tidak diperhatikan (tidak disadari).
Perhatian menurut timbulnya:
1. Perhatian spontan yaitu perhatian
yang timbul dengan sendirinya. Berhubungan dengan minat individu. Mis : minat
music, secara spontan perhatiannya tertuju pada music walaupun lagi mengerjakan
sesuatu.
2. Perhatian tidak spontan yaitu
perhatian yang ditimbulkan dengan sengaja karena itu harus ada kemauan untuk
menimbulkannya. Mis : mahasiswa mau tidak mau harus memperhatikan mata kuliah
tertentu, walaupun ia tidak menyukainya.
Perhatian menurut banyaknya objek:
1. Perhatian sempit yaitu individu pada
suatu waktu hanya dapat memperhatikan sedikit objek.
2. Perhatian luas yaitu individu pada
suatu waktu dapat memperhatikan banyak objek pada suatu waktu sekaligus. Mis :
kepasar malam, ada orang yang dapat menangkap banyak objek sekaligus, tetapi
sebaliknya ada orang tidak dapat berbuat demikian.
Perhatian menurut focus objek:
1. Perhatian terpusat yaitu individu
pada suatu waktu hanya dapat memusatkan perhatiannya pada satu objek. Sejalan
dengan perhatian sempit.
2. Perhatian terbagi-bagi yaitu
individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak hal/objek. Sejalan dengan
perhatian luas.
Perhatian menurut fruktuasinya:
1. Perhatian statis yaitu individu
dalam waktu tertentu dapat dengan statis atau tetap perhatiannya tertuju pada
objek tertentu.
Perhatian semacam ini sukar memindahkan perhatiannya dari satu objek ke objek lainnya.
Perhatian semacam ini sukar memindahkan perhatiannya dari satu objek ke objek lainnya.
2. Perhatian dinamis yaitu individu
dapat memindahkan perhatiannya secara lincah dari suatu objek ke objek lainnya.
Tes perhatian
Ø Tes bourdon berwujud sekumpulan titik-titik yang tertentu jumlahnya.
Ø Tes kraepelirr berwujud sederetan angka-angka, dan tesete ditugaskan untuk menjumlahkan angka-angka yang berdekatan.
Kedua tes ini untuk mengetahui :
1. Pengaruh gangguan terhadap perhatian.
2. Macam perhatian apa yang ada pada individu
3. Ritme dan tempo individu bekerja
4. Ketelitian individu bekerja.
Informasi Lain yang Berkaitan:
* Aplikasi teknologi fisioterapi dan efek fisiologis teknologi fisioterapi pada hemiparese dextra oleh karena stroke non haemorhagik
* Good Postur and Poor Postur
* Komunikasi Teraupetik Pada Usia Akhir
* Perkembangan Otak dan Susunan Saraf Pusat
* Konsep Penyebab Penyakit.
Tes perhatian
Ø Tes bourdon berwujud sekumpulan titik-titik yang tertentu jumlahnya.
Ø Tes kraepelirr berwujud sederetan angka-angka, dan tesete ditugaskan untuk menjumlahkan angka-angka yang berdekatan.
Kedua tes ini untuk mengetahui :
1. Pengaruh gangguan terhadap perhatian.
2. Macam perhatian apa yang ada pada individu
3. Ritme dan tempo individu bekerja
4. Ketelitian individu bekerja.
Informasi Lain yang Berkaitan:
* Aplikasi teknologi fisioterapi dan efek fisiologis teknologi fisioterapi pada hemiparese dextra oleh karena stroke non haemorhagik
* Good Postur and Poor Postur
* Komunikasi Teraupetik Pada Usia Akhir
* Perkembangan Otak dan Susunan Saraf Pusat
* Konsep Penyebab Penyakit.
Alport (dalam
Mar’at, 1991) proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi
oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses
belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca
indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek
yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam
menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu
terhadap objek yang ada.
Walgito
(dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa terjadinya persepsi merupakan suatu yang
terjadi dalam tahap-tahap berikut:
1. Tahap
pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses
fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.
2.
Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan
proses fisiologis, merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh
reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf sensoris.
3.
Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama
proses psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang
stimulus yang diterima reseptor.
4. Tahap ke
empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa
tanggapan dan perilaku.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, bahwa proses persepsi melalui tiga tahap, yaitu:
1.
Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun
stimulus sosial melalui alat indera manusia, yang dalam proses ini mencakup
pula pengenalan dan pengumpulan informasi tentang stimulus yang ada.
2.
Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses
seleksi serta pengorganisasian informasi.
3.
Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam
menanggapi lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman,
cakrawala, serta pengetahuan individu.
1. Persepsi
Bersifat Dugaan
Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan tidak
pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti
proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita tidak mungkin memperoleh
seperangkat rincian yang lengkap lewat kelima indera kita.
Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun. Oleh karena informasi yang lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat penginderaan itu. Kita harus mengisi ruang yang kosong untuk melengkapi gambaran itu dan menyediakan informasi yang hilang
Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses mengorganisasikan informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperolah suatu makna lebih umum.
Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun. Oleh karena informasi yang lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat penginderaan itu. Kita harus mengisi ruang yang kosong untuk melengkapi gambaran itu dan menyediakan informasi yang hilang
Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses mengorganisasikan informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperolah suatu makna lebih umum.
2.
Persepsi Bersifat Evaluatif
Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis dalam diri kita yang
mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang kita gunakan untuk
memaknai objek persepsi. Dengan demikian, persepsi bersifat pribadi dan
subjektif. Menggunakan kata-kata Andrea L. Rich, “persepsi pada dasarnya
memiliki keadaan fisik dan psikologis individu, alih-alih menunjukkan
karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi”. Dengan ungkapan Carl
Rogers, “individu bereaksi terhadap dunianya yang ia alami dan menafsirkannya
dan dengan demikian dunia perseptual ini, bagi individu tersebut, adalah
realitas”.
3.
Persepsi Bersifat Konstektual
Suatu
rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh yang ada dalam
persepsi kita, konteks merupakan salah satu pengaruh yang paling kuat. Konteks
yang melingkungi kita ketika kita melihat seseorang. Suatu objek atau suatu
kejadian sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan dan juga persepsi
kita. Dalam mengorganisasikan suatu objek, yakni meletakkannya dalam suatu
konteks tertentu, kita menggunakan prinsip – prinsip berikut:
a.
Prinsip pertama. Stuktur objek atau kejadian
berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapannya.
b.
Prinsip kedua. Kita cenderung mempersepsi suatu
rangsangan atau kejadian yang terdiri dari objek dan latar belakangnya.
Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada beberapa sifat yang menyertai
proses persepsi, yaitu:
1.
Konstansi (menetap): Dimana individu mempersepsikan
seseorang sebagai orang itu sendiri walaupun perilaku yang ditampilkan
berbeda-beda.
2.
Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis
si perseptor. Dalam arti bahwa banyaknya informasi dalam waktu yang bersamaan
dan keterbatasan kemampuan perseptor dalam mengelola dan menyerap informasi
tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang diterima dan diserap.
Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi yang sama
dapat disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-beda.
Thoha (1993)
berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dlam diri individu,
misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan. Sedangkan faktor eksternal adalah
faktor-faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi stimulus itu
sendiri, baik sosial maupun fisik.
Dijelaskan
oleh Robbins (2003) bahwa meskipun individu-individu memandang pada satu benda
yang sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda. Ada sejumlah faktor
yang bekerja untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor
ini dari :
1) Pelaku persepsi
(perceiver).
2) Objek atau
yang dipersepsikan.
3) Konteks dari
situasi dimana persepsi itu dilakukan.
Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau
gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan
orang tersebut. Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak
mempunyai keyakinan, motif atau maksud seperti yang ada pada manusia. Akibatnya
individu akan berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan mengapa berperilaku
dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan penilaian individu
terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh pengandaian-pengadaian
yang diambil mengenai keadaan internal orang itu (Robbins, 2003).
Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama lain.
Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama lain.
Oskamp (dalam Hamka, 2002) membagi empat karakteristik penting dari
faktor-faktor pribadi dan sosial yang terdapat dalam persepsi, yaitu:
a. Faktor-faktor
ciri dari objek stimulus.
b. Faktor-faktor
pribadi seperti intelegensi, minat.
c. Faktor-faktor
pengaruh kelompok.
d.
Faktor-faktor perbedaan latar belakang kultural.
Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian,jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam mempresepsikan sesuatu.
Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu faktor pemersepsi (perceiver), obyek yang dipersepsi dan konteks situasi persepsi dilakukan.
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar'at, 1991) ada tiga yaitu:
1. Komponen kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.
2. Komponen Afektif
Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
3. Komponen Konatif
Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.
Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996) menyatakan bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:
1.
Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu
komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal
yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
2. Komponen afektif
(komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau
tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif,
sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.
3.
Komponen konatif (komponen perilaku, atau action
component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak
terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu
menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang
terhadap objek sikap.
Rokeach (Walgito, 2003) memberikan pengertian bahwa dalam persepsi terkandung komponen kognitif dan juga komponen konatif, yaitu sikap merupakan predisposing untuk merespons, untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predis posisi untuk berbuat atau berperilaku.
Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi mengandung komponen kognitif, komponen afektif, dan juga komponen konatif, yaitu merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku. Sikap seseorang pada suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi ketiga komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan konsisten satu dengan lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian secara internal diantara ketiga komponen tersebut
Dalam
psikologi, persepsi visual adalah kemampuan manusia untuk menginterpretasikan
informasi yang ditangkap oleh mata. Hasil dari persepsi ini disebut sebagai
penglihatan (eyesight, sight atau vision). Unsur – unsur ragam psikologi dalam
penglihatan secara umum terangkum dalam sistem visual (visual system). Sistem
visual pada manusia memungkinkan untuk beradaptasi dengan informasi dari
lingkungannya.
Masalah utama dari persepsi visual ini tidak
semata-mata apa yang dilihat manusia melalui retina matanya. Namun lebih
daripada itu adalah bagaimana menjelaskan persepsi dari apa yang benar-benar
manusia lihat.
Bahwa ada faktor untuk harus menyampaikan suatu pesan yang sifatnya persuasif, maka peranan psikologi persepsi sangat dibutuhkan di sini. Sebagai penyampai pesan kita harus memahami keadaan dan sifat-sifat dari sasaran kita (target audience). Dengan kita memahami apa, siapa dan bagaimana dari sasaran kita. Sehingga semua apa yang kita sampaikan akan mengena dan efisien. Sebuah pesan akan percuma jika tidak dipahami oleh penerimanya. Bila kita bicara dengan perbandingan biaya yang kita keluarkan, maka hal tersebut sama saja dengan pemborosan. Dengan demikian sebelum kita melakukan penyampaian pesan, kita harus pahami dulu sasaran kita. Setelah itu baru menentukan bagaimana pesan tersebut disampaikan.
Di samping
faktor-faktor teknis seperti kejelasan stimulus [mis. suara yang jernih, gambar
yang jelas], kekayaan sumber stimulus [mis. media multi-channel seperti
audio-visual], persepsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis. Faktor
psikologis ini bahkan terkadang lebih menentukan bagaimana informasi / pesan /
stimulus dipersepsikan.
Faktor yang
sangat dominan adalah faktor ekspektansi dari si penerima informasi sendiri.
Ekspektansi ini memberikan kerangka berpikir atau perceptual set atau mental
set tertentu yang menyiapkan seseorang untuk mempersepsi dengan cara tertentu.
Mental set ini dipengaruhi oleh beberapa hal.
Ø Ketersediaan
informasi sebelumnya; ketiadaan informasi ketika seseorang menerima stimulus
yang baru bagi dirinya akan menyebabkan kekacauan dalam mempersepsi. Oleh
karena itu, dalam bidang pendidikan misalnya, ada materi pelajaran yang harus
terlebih dahulu disampaikan sebelum materi tertentu. Seseorang yang datang di
tengah-tengah diskusi, mungkin akan menangkap hal yang tidak tepat, lebih
karena ia tidak memiliki informasi yang sama dengan peserta diskusi lainnya.
Informasi juga dapat menjadi cuek untuk mempersepsikan sesuatu.
Ø .Kebutuhan;
seseorang akan cenderung mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhannya saat
itu. Contoh sederhana, seseorang akan lebih peka mencium bau masakan ketika
lapar daripada orang lain yang baru saja makan.
Ø Pengalaman
masa lalu; sebagai hasil dari proses belajar, pengalaman akan sangat
mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu. Pengalaman yang
menyakitkan ditipu oleh mantan pacar, akan mengarahkan seseorang untuk
mempersepsikan orang lain yang mendekatinya dengan kecurigaan tertentu. Contoh
lain yang lebih ekstrim, ada orang yang tidak bisa melihat warna merah [dia
melihatnya sebagai warna gelap, entah hitam atau abu-abu tua] karena pernah
menyaksikan pembunuhan. Di sisi lain, ketika seseorang memiliki pengalaman yang
baik dengan bos, dia akan cenderung mempersepsikan bosnya itu sebagai orang
baik, walaupun semua anak buahnya yang lain tidak senang dengan si bos.
Faktor
psikologis lain yang juga penting dalam persepsi adalah berturut-turut: emosi,
impresi dan konteks.
·
Emosi; akan mempengaruhi seseorang dalam menerima dan
mengolah informasi pada suatu saat, karena sebagian energi dan perhatiannya
[menjadi figure] adalah emosinya tersebut. Seseorang yang sedang tertekan
karena baru bertengkar dengan pacar dan mengalami kemacetan, mungkin akan
mempersepsikan lelucon temannya sebagai penghinaan.
·
Impresi; stimulus yang salient / menonjol, akan lebih
dahulu mempengaruhi persepsi seseorang. Gambar yang besar, warna kontras, atau
suara yang kuat dengan pitch tertentu, akan lebih menarik seseorang untuk
memperhatikan dan menjadi fokus dari persepsinya. Seseorang yang memperkenalkan
diri dengan sopan dan berpenampilan menarik, akan lebih mudah dipersepsikan
secara positif, dan persepsi ini akan mempengaruhi bagaimana ia dipandang
selanjutnya.
·
Konteks; walaupun faktor ini disebutkan terakhir, tapi
tidak berarti kurang penting, malah mungkin yang paling penting. Konteks bisa
secara sosial, budaya atau lingkungan fisik. Konteks memberikan ground yang
sangat menentukan bagaimana figure dipandang. Fokus pada figure yang sama,
tetapi dalam ground yang berbeda, mungkin akan memberikan makna yang berbeda.
Prinsip pengorganisasian Visual
Untuk
mempersepsi stimulus mana menjadi figure dan mana yang ditinggalkan sebagai
ground, ada beberapa prinsip pengorganisasian.
A. Prinsip
proximity (kedekatan); seseorang cenderung mempersepsi stimulus-stimulus yang
berdekatan sebagai satu kelompok.
B. Prinsip
similarity (kesamaan); seseorang akan cenderung mempersepsikan stimulus yang
sama sebagai satu kesatuan
C. Prinsip
continuity; prinsip ini menunjukkan bahwa kerja otak manusia
secara alamiah melakukan proses melengkapi informasi yang diterimanya walaupun
sebenarnya stimulus tidak lengkap.
Dalam kehidupan sehari-hari, contohnya adalah fenomena tentang bagaimana gosip
bisa begitu berbeda dari fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai informasi
oleh seseorang, kemudian diteruskan ke orang lain setelah “dilengkapi” dengan
informasi lain yang dianggap relevan walaupun belum menjadi fakta atau tidak
diketahui faktanya.
DAFTAR PUSTAKA
Casino games, mobile phones, and tablets - Dr. Michael C. C.
BalasHapusDiscover the 여주 출장안마 latest mobile casino games and slots at Google Play Store. Check out the mobile casino games, mobile 사천 출장안마 phones, and 대전광역 출장샵 tablets - this app 통영 출장마사지 is 여주 출장샵 one